ice cream with more sugar
— Random supermarket, 20.30
“Enak?” tanya Kinan setelah selesai memainkan HP nya membalas beberapa pesan penting.
Crystal yang masih menyimpan ice cream di mulutnya hanya bisa mengangguk bersemangat.
Saat ini mereka tengah duduk di sebuah cafe di dalam supermarket yang mereka temukan saat sedang berjalan-jalan.
“Sebelum nanti pulang dan lo lupa, lo ga mau tanya sekarang? Atau lo memang ga ada pertanyaan?” tanya Kinan perlahan.
Crystal yang sebelumnya terfokus pada ice cream nya kini menaikkan kepalanya menghadap Kinan. “Oh iya, mau tanya boleh?”
“Sure, I’ll try to answer as much as I can, okey?” tanya Kinan.
“Okey.” Crystal mengambil nafas sebelum memberikan pertanyaan pertama. Ia mengatur kata-kata nya agar tidak menyinggung.
“Itu yang dibilang Karina tentang diabetes type 1, udah lama?”
“Bawaan dari kecil, kayaknya sih turunan. Nenek gue juga soalnya.” jawab Kinan.
“Ohh.” Crystal membulatkan mulutnya dan tanpa aba-aba, Kinan mengambil sendok yang lain dan menyuapkan sedikit ice cream ke mulutnya.
“Kinan?!” ucap Crystal sedikit terkejut.
“Mencair, sayang.” ujar Kinan santai. “Lagian, gue bukan yang harus bener bener menghindari makanan atau minuman manis, justru harus bisa imbang, meski memang lebih ga sering. Dan bukan cuma untuk makanan atau minuman manis aja, kadang yang asin atau karbohidrat nya tinggi, ga baik buat gue.” lanjut Kinan menjelaskan.
“Oohh..” Crystal kembali membulatkan mulutnya sambil mengangguk-anggukan kepalanya.
“Oh mulu lo, sini.” Kinan mengambil 1 cup ice cream yang belum tersentuh sama sekali dan terlihat mulai mencair.
“Kinan jangan dong.” Crystal menunjukan wajah khawatir sambil merebut kembali cup ice creamnya.
Kinan tertawa kecil, ia senang mengusili wanita kecil di depannya itu.
“Okey, engga, bercanda.” Kinan mengangkat tangannya tanda menyerah.
Kinan melihat ke arah Crystal yang masih terlihat khawatir.
“Crystal? maaf ya? gue bercanda doang.” Kinan memiringkan kepala nya agar ia bisa melihat jelas wajah Crystal yang tertutup rambut panjangnya.
Namun, belum ada jawaban dari sang pemilik ice cream, Kinan menyingkrikan dengan lembut rambut yang tergerai cantik itu.
“Maaf ya, tuan putri?”
Crystal yang mendengar hal tersebut menjadi malu dan memalingkan wajahnya.
“Iya Kinan, gue cuma ga mau lo kenapa-napa aja. Meski lo tadi sebelum makan udah suntik insulin tapi kalau jaga-jaga kan lebih baik.”
Kinan tersenyum menatap Crystal “Iyaa, makasih ya.” Kinan terkekeh melihat Crystal yang ternyata memperhatikan.
“Jangan ketawa terus.” rengek Crystal.
“Kok gue salah terus?” tanya Kinan yang kebingunan namun masih dengan senyumannya itu.
“Pokoknya ga boleh.” ucap Crystal sambil cemberut lalu tertawa kecil melihat Kinan yang masih kebingungan.
“Untung lo lucu ya.” Kinan mengusap pelan rambut Crystal dan dengan cepat menarik salah satu cup ice cream
“Kinaann.” balas Crystal sedikit berteriak dan memberikan pukulan kecil di lengan Kinan.
Malam itu, sudah tidak ada matahari yang menutupi rona pipi mereka dan sang bulan mendengar tawa manis sang pemilik ice cream yang semakin manis karena hadirnya tawa lain yang menghiasi.